PEMBELAJARAN BAHASA JAWA HARUS MENYENANGKAN

Pembelajaran bahasa Jawa sebaiknya dibuat mudah atau gampang saja. Pembelajaran bahasa Jawa jangan dibuat sulit, tapi buatlah pembelajar menjadi mudah atau malah dipermudah. Dengan pembelajaran yang mudah pembelajar tidak menjadi takut, merasa senang, tidak menghindar, dan dapat fokus belajar. Pembelajaran yang mudah dapat menstimulasi pembelajar menjadi aktif, tidak takut bertanya, rasa ingin tahu tinggi, dan motivasi belajar meningkat.

Pilihlah metode, strategi, dan teknik yang unggul di suatu kelas. Metode, strategi, dan teknik yang unggul di suatu kelas belum tentu unggul di kelas lainnya. Guru hendaknya menggunakan metode, strategi, dan teknik secara luwes disesuaikan dengan konteks kelas dan pembelajar. Jadi pembelajarn bahasa Jawa  sebaiknya Gampang, Aktif, Unggul, dan Luwes (GAUL). Selain itu juga dengan pembelajaran PAIKEM yaitu Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, serta pembelajaran  kontekstual berdasarkan pendekatan CTL yaitu Contextual Teaching and Learning).

Hal tersebut diungkapkan Prof. Dr. Suwarna, M.Pd., dalam pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar UNY yang berjudul Pembelajaran Bahasa Jawa Sebagai Media Pendidikan Karakter di Sekolah, Selasa, 27/12, di Auditorium UNY. Suwarno dikukuhkan sebagai Guru Besar  Fakultas Bahasa dan Seni UNY dalam bidang ilmu Pembelajaran Bahasa Jawa.

Lebih lanjut dikatakan, ada tiga ciri khas atau roh kompetensi yang harus dimiliki guru bahasa Jawa Profesional, yaitu unggah-ungguh yang mapan, dapat membaca dan menulis aksara Jawa, dan nembang. Uunggah-ungguh terbagi atas tata basa yaitu penggunaan undha usuk (stratifikasi) bahasa Jawa (ucap), dan tata krama yaitu perilaku yang njawani. Dengan menguasai tiga kompetensi ini, diharapkan guru lebih berhasil dalam mendidik karakter pembelajar.

Kekurangmaksimalan pembelajaran bahasa Jawa dengan mengkambinghitamkan sekolah atau gurunya sebenarnya kurang pas karena pembelajar belajar bahasa Jawa hanya 2 jam/minggu. Dalam 6 hari (36 jam sekolah) hanya 2 jam untuk pembelajaran bahasa Jawa.

“Selain itu pembelajar kurang mendapat kesempatan mempraktikkan bahasa Jawa di sekolah hingga 2 jam/minggu merupakan waktu yang sangat singkat. Namun jika sekolah diberdayakan bahasa Jawa, 2 jam/minggu pelajaran bahasa Jawa sudah cukup karena pemajanan di luar kelas sangat kontributif.,” lanjut profesor kelahiran Klaten ini.Ditambahkan, setiap hari pembelajar lebih banyak dirumah / di masyarakat daripada di sekolah sehingga belajar bahasa yang sesungguhnya semestinya di rumah atau di masyarakat. (wit)