Membangun Karakter Lewat Pembelajaran Bahasa dan Budaya Jawa

 FBS-Karangmalang. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah menyelenggarakan Seminar dan Temu Alumni Pendidikan Bahasa Jawa pada 24 Juni 2011 di Gedung PLA lantai 3. Seminar Nasional dengan tema Inovasi Pembejaran Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa Berbasis Pendidikan Karakter ini menghadirkan  pembicara utama Drs. Sutrisna Wibawa, M. Pd., Prof. Dr Djoko Suryono, M. A., dan Prof Dr. Prudentia, MPSS.

Dalam sesi pertama, Drs. Sutrisna Wibawa mempresentasikan makalah berjudul Pendidikan Karakter dan Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Dosen Pendidikan Bahasa Jawa ini mengemukakan nilai-nilai budi pekerti dalam pendidikan karakter yang sejatinya dapat diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa. “Fungsi pokok pembelajaran bahasa Jawa dalam pendidikan karakter adalah sebagai alat komunikasi, edukasi, dan kultural.” Menurutnya,“Bahasa sebagai alat komunikasi diarahkan agar siswa dapat berbahasa Jawa dengan baik dan benar, mengandung nilai hormat dan sopan santun.  Bahasa sebagai alat edukasi adalah pendidikan nilai-nilai lokal Jawa melalui khasanah bahasa dan Sastra Jawa. Masih Sutrisna, “selanjutnya, bahasa memenuhi fungsi kultural untuk menggali kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya untuk membangun identitas bangsa.”

Pembantu Rektor II ini juga menerangkan tentang berbagai strategi Pembelajaran dalam pengajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. “Pembelajaran bahasa Jawa hendaknya tidak sekadar meaning getting, tetapi berupa proses meaning making”. Pembicara menyebutnya sebagai pendekatan penyatuan diri dengan yang dipelajari. Menurutnya, “dengan pola itu, siswa tidak dijejali dengan seperangkat kaidah untuk dimengerti secara kognitif, tapi juga diarahkan dalam pengembangan aspek afektif.” Sutrisna mencontoh adanya kegiatan anak muda melalui festival lagu-lagu Jawa seperti campursari, lagu-lagu pop Jawa, penembrama, dan karawitan agar tertarik belajar bahasa Jawa. “Siswa dibawa langsung dengan cara mencelupkan diri ke dalamnya secara utuh, sehingga nilai-nilai moral dari substansi yang dipelajari tertanam secara tidak sadar.”

Selain itu, sarana teknologi juga semestinya banyak dimanfaatkan, ”video berisi program bahasa, sastra, dan budaya daerah seperti wayang, berbagai upacara tradisional, lagu-lagu daerah, program komputer, dan internet akan mengemas pembelajaran agar lebih menarik dan tidak membosankan,” ungkapnya yakin. (Febi)