Kerjasama Digitalisasi Kekayaan Budaya di Kraton Yogyakarta

Yogyakarta-Selasa (10/03/2020), Symposium Kraton Yogyakarta 2020 sendiri berlangsung dalam dua hari, yaitu pada tanggal 9-10 Maret 2020 dengan mengangkat tema utama Busana dan Peradaban. Tema tersebut diusung sebagai bahasan utama para pemateri pada kegiatan yang dilakukan untuk mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-31 tahun. Kraton Yogyakarta memberikan mandat kepada Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), khususnya Fakultas Bahasa dan Seni pada tahun 2019 bersamaan dengan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-30 tahun untuk melakukan alih aksara terhadap naskah milik Kraton Yogyakarta yang dikembalikan dari British Library. Berdasarkan isi nota kesepahaman kerjasama antara Kraton Yogyakarta dan UNY, maka pada tanggal 10 Maret 2020 ini dirilis hasil kerjasama tersebut dalam bentuk Buku Alih Aksara Serat Menak Amir Hamza Jilid 1.

Serat Menak Amir Hamza merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Kraton Yogyakarta yang menjadi salah satu naskah yang ikut dikembalikan dari British Library pada tahun 2019 lalu. "Serat Menak Amir Hamza merupakan koleksi naskah Kraton Yogyakarta yang paling tebal," ucap KPH Notonegoro pada saat talk show dalam acara Symposium Kraton 2020 ini. "Berkaitan dengan alasan tersebut, maka dibutuhkan waktu yang lebih untuk menyelesaikan pekerjaan alih aksara dari naskah tersebut. Oleh karena itu, pada hari ini bentuk kerjasama yang dirilis ialah hasil aksara dalam jilid 1, setidaknya dibutuhkan sampai 5 jilid," imbuh Prof. Dr. Endang Nurhayati, M.Hum. selaku perwakilan dari UNY sekaligus ketua tim peneliti naskah. Sebagai tambahan informasi, Serat Menak Amir Hamza merupakan naskah karya Gusti Kanjeng Ratu Hageng-Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Selanjutnya, pada kesempatan tersebut juga disampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Kraton Yogyakarta atas kepercayaan yang diberikan untuk melakukan salah satu program Digitalisasi Kekayaan Budaya di Kraton Yogyakarta, yaitu untuk "menggarap" naskah Serat Menak Amir Hamza. "Pada tahapan selanjutnya, jika  dari Kraton Yogyakarta masih memberikan kepercayaan kepada kami, maka akan kami lanjutkan mandat yang diberikan semaksimal mungkin. Dengan harapan pada tahun berikutnya akan sampai pada tahapan terjemahan naskah (alih bahasa) dan juga pembuatan garapan-garapan karya dalam bentuk tari dan lainya," tutur Prof. Dr. Endang Nurhayati, M.Hum melanjutkan keterangannya.

Pada talk show Symposium Kraton dalam rangka mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwana X yang ke-31 tahun turut hadir Sinuhun Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas, GKR Hayu, GKR Bendara, dan KPH Notonegoro. Kegiatan yang berlangsung di Hotel Royal Ambarukkmo ini diikuti oleh berbagai peserta dari dalam dan luar negeri, seperti Belanda, Australia dan Inggris. Acara dibuka dengan Beksan Lawung Ringgit karya Sri Sultan Hamengku Buwono I yang naskahnya dalam bentuk Serat Kandha (salah satu naskah yang dikembalika dari Inggris). (Doni D. Hartanto)

Tags: