Joko Boleng Membuka Serangkaian Acara HUT HIMA Jawa Ke-24

FBS-Karangmalang. Kali ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa mementaskan ketoprak lesung. Sedikit aneh memang ketika melihat ketoprak dengan iringan lesung padi dan beberapa kentongan, karena ketoprak jenis ini memang sudah sangat jarang ditampilkan di mana pun. Namun, justru hal itu lah yang membuat para mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa ini bersemangat untuk tetap menampilkan ketoprak lesung yang memang sudah ditinggalkan. “Tujuan kita mengapa menampilkan ketoprak lesung ialah untuk melestarikan ketoprak lesung agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Siapa tahu dengan kita mengawali seperti ini akan ada dari teman-teman mahasiswa atau masyarakat yang ikut memainkan dan budaya ini tetap lestari,” terang Lina.
Lina Angraini sang sutradara pun mengaku tak mudah untuk menggarap ketoprak lesung ini. Selain membuat iringan musik yang susah karena hanya terdiri dari kentongan, kendang, dan lesung juga ada beberapa pakem dari penampilan ketoprak lesung itu sendiri. Salah satunya adalah tarian dari setiap tokoh ketika akan masuk ke atas panggung dengan diiringi musik. Dalam penggarapan ketoprak lesung ini mereka mengaku tidak mendapat bimbingan dari dosen atau pakar tertentu karena memang sudah jarang yang mempelajari ketoprak lesung ini, maka hanya dari Youtube lah mereka mempelajari ketoprak lesung.
Naskah Joko Boleng yang digarap oleh Divisi Bakat Minat (BAKMI) Hima Jawa ini diadaptasi dari cerita Joko Bodho. Di dalamnya diceritakan tentang seorang pemuda yang memiliki wajah boleng (cacat) namun berhati emas. Joko Boleng yang diperankan oleh Kris Cahyono pun berbaik hati untuk membantu mengobati putri cantik Pak Lurah yang tiba-tiba bisu. Dengan kebersihan hati Joko Boleng, ia pun mampu menyembuhkan putri Pak Lurah dan memenangkan sayembara untuk memperistri anak Pak Lurah.
“Cerita Joko Boleng ini dapat memberi nasihat untuk kita semua bahwa kita tidak boleh mengenal orang hanya dari wajahnya saja. Kita harus berteman dengan siapa saja tanpa memandang entah itu cantik atau tidak, karena cantiknya hati tidak bisa diukur dari wajah seseorang,” jelas Lina mahasiswi Pendidikan Bahasa Jawa 2013. Nilai moral yang disampaikan dalam cerita Joko Boleng tadi pun selaras dengan tema yang diusung dalam HUT Hima Jawa ke 24, Sesrawungan Tumuju Mulyaning Gesang.
Dalam memperingati hari ulang tahun yang ke 24, Hima Jawa tidak hanya mengadakan pentas ketoprak adapun beberapa serangkaian agenda lain seperti, dialog jurusan, dan lomba menulis untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa, serta malam puncak HUT untuk umum nanti.  Sukses selalu untuk Hima Jawa! (Siti Nasibah/HumasFBS)